Selasa, 21 Agustus 2012

Sulteng Akan Bangun Terusan Khatulistiwa


Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) akan membangun terusan yang membelah Pulau Sulawesi menjadi dua bagian. Jika rencana terusan yang dinamai Terusan Khatulistiwa itu terealisasi, maka akan menjadi terusan ketiga di dunia selain Terusan Suez di Mesir dan Terusan Panama di Panama, Amerika Tengah. Terusan Khatulistwa nantinya akan menghubungkan Selat Makassar di Pesisir Tambu, Pantai Barat, Kabupaten Donggala dengan Teluk Tomini di Pesisir Kasimbar, Pantai Timur, Kabupaten Parigi Moutong, atau menghubungkan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II dan ALKI III.
Rencana ini juga ditunjang dengan berdasarkan analisis kasar melalui satelit rupa bumi menunjukan bahwa lebar antara pesisir Tambu – Kasimbar hanya sekitar 28,5 kilometer, dengan ketinggian bukit tertinggi sekitar 70 meter serta perbedaan pasang surut air laut antara Selat Makassar dan Teluk Tomini tidak ekstrim karena kejadiannya hampir bersamaan.
Rencana ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng, Hasanudin Atjo dalam pemaparannya di Press Room Kantor Gubernur Sulteng di Palu, Jumat (13/3) kemarin. ”Rencana ini dilakukan untuk percepatan pembangunan Sulteng,” katanya.
Dikatakannya, faktor kondisi geografis Indonesia, khususnya Sulteng, membuat hubungan antara kawasan Barat dan Timur Indonesia melalui transportasi laut menjadi kurang efisien. Ini disebabkan pelayaran dari kawasan Barat (Selat Makassar) ke Timur (Teluk Tomini, Maluku, Papua) harus berputar melewati Laut Sulawesi di wilayah Provinsi Sulawesi Utara atau melalui wilayah perairan Sulawesi Selatan yang berakibat meningkatnya biaya transportasi.
Bila Terusan Katulistiwa ini dapat terealisasi, maka akan semakin menambah efisiensi transportasi antar pulau, bahkan benua melalui pengembangan transportasi laut berbasis inovasi. ALKI II dan ALKI III yang berada di sisi Barat dan Timur Pulau Sulawesi merupakan jalur pelayaran yang penting karena menghubungkan dua samudera, yakni Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, dan juga menghubungkan dua benua, yakni Benua Asia dan Benua Australia.
Berdasarkan analisis Pangkalan Angkatan Laut Palu, pelayaran dari kawasan Barat ke Timur melalui terusan ini nantinya akan memangkas jarak sekitar 107 mil laut yang bila dikonversi pada penggunaan bahan bakar minyak saja, maka terjadi efisiensi senilai Rp 19 triliun per tahun.
Dengan adanya terusan, juga akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial dan keamanan yang dapat dirasakan bagi pelayaran. Antara lain, menurunnya harga kebutuhan bahan pokok dan meningkatnya harga komoditi yang diterima masyarakat, meningkatnya efisiensi pengawasan dalam rangka keamanan dan ketertiban di wilayah laut, termasuk dari illegal logging maupun illegal fishing serta memperkecil perbedaan dalam pengembangan wilayah antara kawasan barat dan timur. Yang utama, berkembangnya ekonomi di kawasan Timur, khususnya di wilayah Sulawesi Tengah.
Dan dalam rangka merealisasikan rencana itu, dalam waktu dekat Gubernur Sulteng H.B. Paliudju akan meneken surat keputusan pembentukan tim penyusunan Rencana Strategis (Renstra) terusan tersebut. Hasanudin mengatakan, begitu SK Gubernur tentang pembentukan tim ini sudah diterbitkan, maka tim akan langsung bekerja hingga akhir tahun 2009. Tim ini nantinya yang akan melihat titik mana yang akan dijadikan terusan. Tim ini juga yang akan menyusun Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) serta AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)nya.
Dalam susunan tim penyusun Renstra itu, Bappeda Sulteng duduk sebagai ketua tim, sedangkan pihak DKP Sulteng sebagai wakil ketua. Tim juga akan terdiri dari lintas sektoral, mulai dari akademisi hingga aktivis lembaga swadaya masyarakat dan juga perwakilan dari pemerintah kabupaten-kabupaten terkait.
Gubernur Sulteng H.B. Paliudju sendiri dalam penyusunan Renstra di Silae Beach Convention Hall, Senin (2/3) lalu mengatakan, realisasi pembangunan terusan ini bergantung pada hasil kerja tim ini. Yang mana, semakin cepat diperolehnya hasil kerja tim ini, maka akan semakin cepat pula persiapan pembuatan terusan. Ditargetkan, pembuatan terusan akan menjadi program pembangunan jangka menengah Pemerintah Provinsi Sulteng.
Gubernur sendiri menyebutkan bahwa gagasan yang dianggap setengah gila itu telah disampaikan kepada Mendagri Mardiyanto pada acara musyawarah Badan Kerja Sama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS) beberapa waktu lalu. Gubernur beserta sejumlah Muspida juga telah membahasnya dalam pertemuan dengan Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Perikanan dan Kelautan DR. Ir. Ida Kusuma pada (2/3) lalu di Palu. Dalam pembahasannya juga dihadiri Bupati Parigi Moutong Longky Djanggola, Bupati Tolitoli Ma’ruf Bantilan dan Bupati Tojo Unauna, Damsik Ladjalani. Dikatakan, Pemerintah Pusat memberikan apresiasi positif atas rencana pembangunan terusan ini.
Dukungan politik terhadap rencana pembangunan terusan ini juga datang dari Ketua DPRD Sulteng Murad U. Natsir. Menurut Murad, semua pihak harus mendukung rencana ini, sebab ini adalah sebuah gagasan besar dan proyektif yang memiliki dampak positif untuk pembangunan Sulteng yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Ditegaskannya, DPRD Sulteng akan terus mendorong Pemerintah Provinsi Sulteng agar rencana itu terealisasi. Bentuk dukungan itu antara lain dengan akan segera dilakukannya pembahasan dan penetapan berbagai regulasi yang terkait dengan realisasi terusan ini.
”Terusan ini akan memberi efek positif yang sangat besar bagi peningkatan ekonomi Sulteng. Kita harus mendukung ini karena akan berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah ini,” ujar Murad.
Panama dan Suez
Terusan Suez dan terusan Panama sendiri adalah dua terusan terbesar di dunia. Dua terusan ini dibangun untuk kepentingan transportasi yang menguntungkan, karena mempercepat perjalanan yang dituju. Dengan adanya Terusan Suez, maka kapal-kapal dari Eropa menuju Asia tidak lagi harus mengitari benua Afrika dulu melewati Tanjung Harapan di Afrika Selatan dari Samudera Atlantik ke Samudera Hindia. Sebab, Terusan Suez telah menghubungkan Laut Tengah dengan Teluk Suez di Laut Merah. Terusan ini mempunyai panjang 195 km (121 mil) berasal dari sebelah utara ke selatan di seberang tanah genting Suez di sebelah timur laut Mesir. Terusan ini terdiri dari dua bagian, utara dan selatan Danau Great Bitter.
Sebenarnya terusan ini telah digali sebelum abad ke 13 SM, namun tidak begitu panjang. Terusan Suez mulai direncanakan kembali oleh insinyur Prancis, Ferdinand Vicomte de Lesseps ketika masa Sultan Said Pasha tahun 1857, dan baru mulai digali pada Senin, 25 April 1859. Terusan ini dibuka pertama kali tanggal 17 November 1869, kala Khedive Ismail masih memimpin. Pembangunan Terusan Suez menghabiskan dana hingga US$ 100 juta. Sebelum adanya kanal ini, beberapa transportasi dilakukan dengan cara mengosongkan kapal dan membawa barang-barangnya lewat darat antara Laut Tengah dan Laut Merah.
Sedangkan Terusan Panama di Amerika Tengah dibangun khusus untuk memangkas jarak yang seharusnya ditempuh selama beribu-ribu mil dan menempuh beberapa hari mengelilingi Amerika Selatan, menjadi hanya beberapa mil saja. Terusan Panama menghubungkan Samudra Atlantik dan Samudera Pasifik. Terusan ini mempunyai panjang jarak 82 kilometer dan mempunyai tiga kunci saluran yang terpisah. Ini menunjukan saluran ini memang dipersiapkan dengan sangat matang untuk kepentingan transportasi laut.
Terusan Panama menghubungkan Teluk Panama di Samudera Pasifik dengan Laut Karibia di Samudera Atlantik. Karena bentuk dari Tanah Genting Panama adalah “S”, maka terusan ini memotong dengan arah Barat Laut – Tenggara. Untuk mempermudah, otoritas terusan mengklasifikasikan lewatnya kapal dengan arah northbound (menuju utara) bagi kapal yang menuju Samudera Atlantik dan southbound (menuju selatan) bagi kapal yang menuju Samudera Pasifik. Untuk menyeberang, sebuah kapal perlu waktu 9 jam.
Sekitar 800.000 kapal menyeberang sejak pembukaannya atau 14.000 kapal per tahun. Terusan Panama termasuk salah satu karya bangunan termahal di dunia. Terusan yang pembangunannya menguras sekitar US$ 387 miliar ini pada tahun 2008 lalu meraup pendapatan US$ 1,76 miliar.
Sejak abad ke-16, bangsa Eropa memang telah bercita-cita untuk membangun sebuah terusan di daerah Panama untuk membawa harta jajahan dari Amerika ke Spanyol. Namun, kegiatan pembangunan terusan ini baru terealisasi pada abad ke-19 (tahun 1800) seiring terjadinya Revolusi Industri sebagai tonggak terbentuknya alat-alat modern.
Niat untuk membuat sebuah terusan di tanah genting Panama pertama kali dicetuskan oleh Raja Charles V dari Spanyol di tahun 1524 untuk mempermudah lewatnya kapal, terutama yang membawa emas. Dan walaupun sudah ada hasil survei pada tahun 1529, namun keadaan politik dan teknologi di Eropa pada saat itu masih belum memungkinkan.
Pembangunannya dilanjutkan oleh Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Theodore Roosevelt pada tahun 1904 setelah negara adidaya itu membantu Panama merdeka dari Kolombia dengan imbalan kontrol daerah terusan. Pembangunan kanal oleh Amerika Serikat ini dimulai pada 4 Mei 1904. Berbagai upaya dilaksanakan untuk mengatasi masalah dan akhirnya kanal ini dibuka pada 15 Agustus 1914 dengan lewatnya kapal Ancon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar