Minggu, 19 Agustus 2012

Gambaran Hutan Konservasi di Sulawesi Tengah


Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya. Dalam bahasa yang sederhana, para pekerja konservasi di Sulawesi Tengah menyebut bahwa hutan konservasi merupakan benteng terakhir dalam penyelamatan keanekaragaman hayati tropika. Sehingga, jika jenis hutan ini kondisinya semakin menurun baik secara kualitas maupun kuantitas akibat degedrasi dan deforestasi, bagaimana dengan hutan produksi dan hutan lindung?.

Sebagai benteng terakhir dalam penyelamatan keanekaragaman hayati tropika, keberadaan hutan konservasi berperan penting dalam melestarikan keanekaragaman flora dan fauna. Menurut Kemenhut (2000), Indonesia memiliki sekitar 325.000 makhluk, yang merupakan lebih dari 16% makhluk di dunia. Indonesia, bersama Brazil, Zaire dan Meksiko tergolong negara megabiodiversity. Sayangnya, sejak lama telah terjadi perusakan hutan, sehingga sejumlah tumbuhan dan satwa telah punah atau menjadi langka.

Untuk mengenal wilayah Sulawesi Tengah, akan lebih afdol jika mengenal kekayaan hutannya juga. Mengingat, 4.394.932 ha atau sekitar 64% dari wilayah ini (6.803.300 ha) merupakan kawasan hutan. Berikut adalah gambaran sekilas tentang kawasan hutan konservasi yang ada di sulawesi tengah, yang dibedakan menjadi kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan Taman Buru.

(1) Kawasan Suaka Alam

Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.

Termasuk dalam kategori kawasan ini adalah Cagar Alam dan Suaka Margasatwa. Kedua kategori kawasan tersebut dilindungi secara ketat, sehingga tidak boleh ada sedikitpun campur tangan manusia dalam proses-proses alami yang terjadi di dalam kawasan tersebut. Kawasan in hanya diperuntukkan bagi keperluan ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Saat ini di Provinsi Sulawesi Tengah terdapat 8 unit Cagar Alam dengan total luas 378.894,82 ha, dan 7 unit Suaka Margasatwa dengan luas 68.144,00 ha.

Cagar Alam

Cagar Alam Pangi Binangga, dengan luas kawasan 6.000 Ha, terletak di Kab. Parigi Moutong, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat babirusa, habitat anoa, habitat rangkong dan burung lainnya, habitat monyet hitam, dan kayu ebony.
Cagar Alam Gunung Tinombala, dengan luas kawasan 37.106,12 Ha, terletak di Kab. Donggala, Tolitoli & Parigi Moutong, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat babirusa, habitat anoa, kayu ebony, dan fungsi hidroorologis.
Cagar Alam Gunung Sojol, dengan luas kawasan 64.448,71 Ha, terletak di Kab. Donggala, Tolitoli & Parigi Moutong, potensi utama kawasan adalah habitat kayu ebony.
Cagar Alam Gunung Dako, dengan luas kawasan 19.590,20 Ha, terletak di Kab. Tolitoli & Buol, potensi utama kawasan adalah hidroorologis, dan habitat flora-fauna.
Cagar Alam Tanjung Api, dengan luas kawasan 4.246,00 Ha, terletak di Kab. Tojo Una-Una, potensi utama kawasan adalah sebagai sumber api alam.
Cagar Alam Morowali, dengan luas kawasan 209.400,00 Ha, terletak di Kab. Poso & Morowali, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat maleo, babirusa, habitat anoa, habitat rangkong dan burung lainnya, dan fungsi hidroorologis.
Cagar Alam Pati-Pati, dengan luas kawasan 3.103,79 Ha, terletak di Kab. Banggai, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat maleo, dan habitat monyet hitam.
Cagar Alam Pamona, dengan luas kawasan 35.000,00 Ha, terletak di Kab. Poso, potensi utama kawasan adalah sebagai hidroorologis, dan habitat flora-fauna.

Suaka Margasatwa
Suaka Margasatwa Pulau Dolangon, dengan luas kawasan 462,50 Ha, terletak di Kab. Tolitoli, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat penyu dan habitat maleo.
Suaka Margasatwa Pinjan Matop, dengan luas kawasan 1.612,50 Ha, terletak di Kab. Tolitoli, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat maleo, dan habitat penyu.
Suaka Margasatwa Bakiriang, dengan luas kawasan 12.500,00 Ha, terletak di Kab. Banggai, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat maleo.
Suaka Margasatwa Lombuyan, dengan luas kawasan 3.069,00 Ha, terletak di Kab. Banggai potensi utama kawasan adalah sebagai rusa.
Suaka Margasatwa Pulau Pasoso, dengan luas kawasan 5.000,00 Ha, terletak di Kab. Donggala, potensi utama kawasan adalah habitat penyu dan habitat burung gosong.
Suaka Margasatwa Pulau Tiga, dengan luas kawasan 42.000,00 Ha, terletak di Kab. Morowali, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat biota Laut dan terumbu karang.
Suaka Margasatwa Tanjung Santigi, dengan luas kawasan 3.500,00 Ha, terletak di Kab. Donggala, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat buaya muara.

(2) Kawasan Pelestarian Alam

Adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemnafaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Termasuk ke dalam kategori kawasan ini adalah Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya (Tahura) dan taman wisata alam (TWA).

Taman Nasional

merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekositem asli yang dikelola dengan sistem zonasi untuk keperluan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan/atau satwa, pariwisata dan rekreasi. Sekarang ini di Provinsi Sulawesi Tengah telah ada 2 unit Taman Nasional yaitu Taman Nasional Lore Lindu dengan luas 217.991,18 Ha, dan Taman Nasional Kepulauan Togean dengan luas 362.605,00 Ha., Kabupaten Tojo Una-Una.

Taman Nasional Lore Lindu

Merupakan salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia yang terletak di jantung Pulau Sulawesi, dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, karena berada di daerah walacea, pada titik pertemuan 3 lempeng dunia pada awal pembentukan Pulau Sulawesi.

Secara internasional (UNESCO,1977), Taman Nasional Lore Lindu telah ditunjuk sebagai kawasan cagar biosfer dunia, untuk mengembangkan hubungan yang selaras antara kesejahteraan hidup masyarakat dan kelestarian hutan.

Taman Nasional Lore Lindu memiliki potensi flora dengan 5000 sepesies flora yang sudah terdata, dan 287 Jenis tumbuhan sebagai bahan baku untuk 415 jenis material obat tradisional. Sedangkan potensi fauna yang dimiliki meliputi 127 mamalia(30% endemik Sulteng); 117 reptile(60% endemik Sulteng); 328 Sepesies burung (27% Endemik Sulteng); 25 amphibia (76% endemik Sulteng); dan 68 ikan (68 % endemik Sulteng).

Taman Nasional Lore Lindu merupakan habitat bagi 267 jenis burung di Sulawesi, 97 diantaranya merupakan spesies endemik. Lembaga Internasional (BirdLife) menetapkan kawasan ini sebagai Bird Endemic Area.

Beberapa spesies endemik, antara lain : Elang Sulawesi (Spizaetus lanceolatus), Nuri Sulawesi (Tanygnatus sumatrana), Rangkong (Rhyticeros cassidix), Maleo (Macrocephalon maleo) serta lainnya.

Taman Nasional Lore Lindu juga menyimpan potensi sosial budaya dengan 430 obyek Megalith. 348 terletak di Lore Utara, 55 di Lore Selatan, dan 27 di Kulawi, dalam beragam bentuk seperti Patung/Arca; Kalamba; Tutu’na (tutup kalamba) serta Dakon (bentuk-bentuk ukiran pada batu). Potensi lainnya, misalnya kesenian dan pakaian tradisional dari 4 etnis utama (etnis kaili, pekurehua, behoa dan bada). Terdapat kelompok-kelompok musik bambu, tarian dero/moraego yang diselenggarakan pada perayaan panen serta pembuatan kain dari kulit kayu (fuya).

Taman Hutan Raya

Taman hutan raya merupakan kawasan pelestarian alam yang ditetapkan untuk tujuan koleksi tumbuh-tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, dari jenis asli atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan/atau satwa, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Saat ini terdapat 1 unit Taman Hutan Raya yaitu Tahura Palu yang luasnya sekitar 7.128 Ha, terletak di Kabupaten Sigi Biromaru dan Palu.

Taman Wisata Alam

Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Saat ini di Provinsi Sulawesi Tengah terdapat 2 unit Taman Wisata Alam, sbb:
Taman Wisata Alam Bancea dengan luas sekitar 5.000 Ha, dengan potensi utama sebagai habitat rangkong dan burung lainnya, serta anggrek alam.
Taman Wisata Alam Air Terjun Wera dengan luas sekitar 250 Ha, potensi utama sebagai air terjun.

Sedangkan untuk taman wisata alam laut terdapat 5 unit TWL dengan luas sekitar 176.312,00 Ha, dengan rincian sebagai berikut:
Taman Laut Teluk Tomori, dengan luas 7.200,00 Ha, terletak di Kab. Morowali, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat biota laut.
Taman Laut Pulau Tokobae, dengan luas 1.000,00 Ha, terletak di Kab. Morowali, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat biota laut.
Taman Wista Laut Tosale, dengan luas 5.000,00 Ha, terletak di Kab. Donggala, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat biota laut dan terumbu karang.
Taman Wista Laut Pulau Peleng, dengan luas 17.462,00 Ha, terletak di Kabupaten Banggai Kepulauan, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat biota laut dan terumbu karang.
Taman Wista Laut Kepulauan Sago, dengan luas 153.850,00 Ha, terletak di Kabupaten Banggai Kepulauan, potensi utama kawasan adalah sebagai habitat biota laut dan terumbu karang.

(3) Taman Buru

Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu. Saat ini terdapat 1 unit taman wisata buru yaitu Taman Buru Landusa, dengan luas 5.000,00 Ha, terletak di Kab. Poso & Morowali, potensi utama kawasan adalah sebagai penangkaran rusa, anoa dan babi rusa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar