Rabu, 15 Agustus 2012

PENGAMATAN BURUNG DI GUNUNG TOMPOTIKA

Desa Taima, Kecamatan Bualemo, Sulawesi Tengah menyimpan aneka jenis burung, seperti Madu hitam (Nectarinia aspasia), Kadalan sulawesi (Phaenicophaeus calyorhynchus), Kepudang kuduk hitam (Oriolus chinensis), pergam putih (Ducula luctuosa), atau Punai gading (Treron vernans). Dua hari setelah melakukan pengamatan di daerah pesisir, danau, pantai, dan rawa hutan primer di sekitar Desa Teku dan Taima, di hari ketiga kami melanjutkan pengamatan jenis burung hutan yang bertempat di Gunung Tompotika. Gunung ini berada di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Lokasi kami dapat dicapai melalui jalur terdekat yaitu Dusun Transtanah Merah, Desa Sampaka, Kecamatan Bualemo. Ke situ kami naik angkutan umum yang berongkos 35.000 rupiah dengan lama waktu perjalanan sekitar tiga jam. Di lokasi ini terdapat beberapa jenis satwa endemik seperti babi rusa (babyrussa babyrousa), anoa (Bubalus depressicornis&B.quarlesy), monyet (Makaka Tonkeana), rangkong (Rhyticeros cassidix). Selain itu ada pula beberapa jenis katak (Rana spp,bufo spp), dan tupai. Setelah melakukan perjalan dari Desa Taima selama kira-kira 30 menit, kami terpaksa berhenti di pinggiran sungai untuk menyeberang. Karena saat itu jembatan untuk jalur kendaraan putus, alhasil kami harus hati-hati melewati sungai. Perjalanan ke Dusun Transtanah Merah masih sekitar lima kilometer. Beruntung seorang teman dari peserta memiliki motor dan kemudian mengangkut satu persatu peserta dan instruktur ke rumah kepala dusun, Pak Sam. Kami kemudian istirahat sesaat sambil menikmati kopi hasil racikan Bu Kadus, istri Pak Sam. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan. Perlahan menuju jalur pendakian. Dua pengangkut barang Pak Pendi dan Pak Atu telah siap menemani kami. Awal pendakian dimulai pukul 12.00 WITA. Namun, kondisi untuk melihat jenis burung di jalur pendakian tidak cukup baik karena turun hujan. Meski demikian, kami tetap bersemangat melanjutkan perjalanan, walau beberapa teman kesulitan karena lintasan yang licin. Setelah dua jam melalui jalur pendakian, kami pun tiba di lokasi perkemahan ‘Athena’. Rencananya kami akan mengamati burung sekitar pukul tiga sore. Tapi, lagi-lagi cuaca muram. Akhirnya, kami hanya pengamatan di sekitar kemah dan mendapati segerombolan burung gora. Sisa hari itu kami habiskan dengan menikmati dinginnya malam di hutan hujan Tompotika. Keesokan paginya kami meninggalkan lokasi. Ah, untungnya cuaca hari itu cukup bersahabat. Di sepanjang jalur turun gunung, kami dapat melihat beberapa burung paruh bengkok, burung madu, dan jenis raptor. Sesampainya di kaki gunung, kami tiba di rumah Pak Dolf, salah satu warga Dusun Transtanah Merah. Di sini, kami disuguhi minuman manis yang terbuat dari buah lontar. Ini adalah minuman khas masyarakat Flores, Nusa Tenggara Timur. Maklum kebanyakan warga Dusun Transtanah Merah berasal dari sana. Akhirnya pelatihan pengamatan burung di Desa Teku, Desa Taima, dan Gunung Tompotika usai. Banyak ilmu yang kami peroleh sehingga menambah semangat untuk lebih peduli dengan kehidupan burung dan habitatnya. Sampai jumpa di pelatihan selanjutnya! Penulis : Panji AK dan Noval

2 komentar:

  1. Hi, mau tanya. Bagaimanakah jalur pendakian gunung Tompotika? Bisakah kita sampai ke Trianglusinya? Apakah ada penduduk sekitar yang bisa dijadikan guide untuk ke atas.

    Maaf banyak tanya, hehe...

    BalasHapus
  2. silahkan mampir ke Bonua nu (Sekretariat) MAPALA UNTIKA Kampus Universitas Tompotika Luwuk

    BalasHapus