Selasa, 25 September 2012

Randa Nu Tajio

Dahulu Kasimbar dikenal dengan nama Tanainolo yang artinya tanah terpotong, masyarakat hidup secara berkelompok-kelompok yang dikuasi oleh seorang Kepala Suku Gelar Toi Bagis dalam satu wilayah yang disebut dengan Boya. Daratan Kasimbar dahulu terbagi atas 7 Boya, yaitu ; Boya Mayapo, Boya Vintonung, Boya Liovung, Boya Sambali, Boya Tagali, Boya Apes dan Boya Ranang dan atas kondisi seperti itulah secara pelan-pelan tercipta nilai-nilai adat istiadat Kasimbar yang dikenal dengan sebutan Pitu Pole (artinya 7 bagian) atau sebutan lain yaitu Sanja Pitu.
                   Suasana seperti diatas berjalan hingga akhir abad 16, ditandai dengan datangnya rombongan pelayar Orang-orang Mandar yang dipimpin oleh Puang Tomessu Gelar Arajang Taunai. Tujuan kedatangan orang-orang Mandar semula berdagang dan siar agama Islam, namun perlahan-lahan terjadi perkawinan dengan penduduk setempat hingga berhasil melahirkan keturunan bernama Datu Ranang. Disamping Puang Tomessu dikenal sebagai saudagar santun juga dikenal sebagai sosok pemberani, hal ini dapat buktikan dengan kegigihannya melawan Bajak Laut atau perampok asal Maluku Utara dengan Bayo Kubang dari Mindannao Philipina hingga akhirnya Bajak Laut tersebut mundur, atas kegigihan dan keberanian itulah hingga Puang Tomessu diakui sebagai Pemimpin Daratan Kasimbar.
                   Beberapa Pemimpin besar yang dikenal berkuasa di wilayah Kerajaan Kasimbar yaitu :
1.    Puang Tomessu Gelar Arajang Taunai (1711-1762).
2.    Puataikacci Gelar Puang Logas (1762-1778).   
3.    Magalattu Gelar Pua Datu Mula (1778-1822), memegang kekuasaan sebagai Raja pertama di Moutong yang berkedudukan di Pulau Matoro.
4.    Buralangi Gelar Puang Lei (1895), dibantu oleh seorang Olongian yang bernama Sariani Gelar Olongian Gurang berkedudukan di Kasimbar dan Olongian Daeng Malindu yang berkedudukan di Toribut.
5.    Pawajoi Gelar Matoa, dibantu oleh seorang Olongian bernama To’eng.
6.    Suppu (1899-1901), dibatu oleh seorang Olongian yang bernama Tanggudi, Malafai sebagai Jogugu dan Lahia sebagai Kapitalau.
7.    Lamangkona Gelar Pue Sanjata (1902-1906).
8.    Pue Masaile Gelar Paduka Raja Muda (1907-1913), dibantu oleh seorang pabicara adat bernama Akas Bin Kadang Malingka, Anteng Palimbui sebagai Jogugu dan Bambalang sebagai Olongian.

            Dalam kekuasaan Raja Pue Masaile Yusuf sekitar tahun 1912 kerajaan Kasimbar di aklamasikan ke kerajaan Parigi sebagai wilayah yang berstatus Lanschap atau Distrik dibawah Onder Afdeeling Parigi, tawaran tersebut ditolak oleh orang tua-tua Kasimbar. Akhirnya pada tahun 1913 kedudukan Distrik ditempatkan di Toribut dengan Kepala Distrik pertama adalah Daeng Palewa (1913-1915) dan pada tahun 1915-1918 oleh Pemerintahan Belanda mengangkat Raja Muda Masaile menjadi Kepala Distrik kedua yang berkedudukan di Toribut, maka Kerajaan Kasimbar tinggallah sebuah kenangan. Dan karena tuntutan zaman atas perubahan sistim Pemerintahan di Negara RI, Eks wilayah Kerajaan Kasimbar menjadi sebuah Kampung/Desa dibawah Pemerintahan Kecamatan Ampibabo hingga akhir tahun 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar