Selasa, 21 Agustus 2012
TRADISI BANGGAI
Mungkin tak ada yang mengira bahwa gugusan kepulauan dengan pulau terbesarnya Peling, menyimpan sejuta catatan yang mengagumkan. Suku Banggai, merupakan suku yang mendiami Kepulauan Banggai, yang sebelumnya bernama asli Suku Sea-sea, yang awalnya dari kerajaan-kerajaan kecil, kemudian utuh yang kini bernama Kerajaan Banggai, kerajaan ini mempunyai kekuasaan yang cukup luas, bahkan hampir setengah dari wilayah Sulawesi Tengah, namun hingga kini setelah berdirinya Pemerintahan RI, cakupan wilayah Kerajaan Banggai hanya pada Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai, dengan menaungi tiga suku, yaitu Suku Banggai, Saluan, dan Balantak. yang meninggalkan bukti sejarah antara lain Keraton Kerajaan di kota Banggai. walaupun satu kerajaan, namun ketiga dari suku ini mempunyai Adat Istiadat yang sangat berbeda.
Kerajaan yang berada di sebelah timur Pulau Sulawesi, atau juga di sebelah Barat Laut dari Laut Banda, Suku Banggai yang merupakan suku terbesarnya, yang juga mendiami Kepulauan Banggai, seperti suku-suku besar yang lainnya, adat istiadat yang tumbuh dan berkembang dalam suku Banggai sangatlah banyak dan beragam, mulai dari penggunaan bahasa tradisional ( Banggai) sebagai bahasa sehari-hari hingga adat pernikahanpun tak lepas dari tradisi yang berkembang. Walau kini tradisi banyak tradisi yang punah dan mulai di gali kembali, namun cukup banyak tradisi yang masih melekat dalam masyarakat, terutama kesenian tradisionalnya.
Seba Adat atau dalam bahasa indonesianya adalah musyawarah adat, merupakan wadah untuk program adat yang bertujuan di antaranya untuk mempertahankan adat istiadat yang ada pada masing-masing suku di kerajaan Banggai, karena memang Seba Adat di adakan oleh Perangkat Adat atau Kerajaan Banggai oleh Raja, atau Tomundo dalam bahasa Banggai, yang di hadiri oleh Basalo, yaitu sejenis kepala adat dalam cakupan kedaerahan kecamatan atau desa yang dari suku banggai, sedangkan dari Saluan dan Balantak bernama Bosano dan Bosanyo. Selain Basalo, masih banyak perangkat adat lainnya yang membantu kegiatan Basalo, misalnya Kapitan. Dalam perangkat kerajaan juga ada yang di sebut Mian Tuu, dan masih banyak lagi jabatan-jabatan adat yang membantu dalam kepengurusan kerajaan Banggai, yang mana kegiatan Seba ini di adakan setiap tahunnya untuk Evaluasi hasil kerja atau Program dan perencanaan yang baru dalam setiap gerak masyarakat adat Banggai
Kembali pada tradisi Banggai, ada sangat banyak dari tradisi yang melekat dalam masyarakat yang memang sangat menarik, musik yang di antaranya; batongan, kanjar, libul dan lain sebagainya, juga ada tarian, yang termasuk Onsulen, Balatindak, Ridan dll, juga cerita rakyat atau legenda yang sangat banyak yang di kenal dengan nama Banunut, lagu atau puisi yaitu Baode, Paupe dan masih banyak lagi kesenian tradisional lainnya, ada beberapa tradisi ini yang masih dipegang secara menyeluruh dari suku Banggai, misalnya pada saat perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw, para masyarakat suku Banggai akan membuat sejenis kue yang di beri nama Kala-kalas, ada juga yang menyebutnya kaakaras. Kue ini tebuat dari tepung beras yang bentuk jadinya di goreng, dan kue ini sangat unik sekali, bahkan hanya akan di jumpai pada saat perayaan Maulid Nabi saw saja. Selain itu, masih banyak tradisi lainnya, Upacara Adat misalnya, upacara pelantikan Tomundo, upacara pelantikan Basalo, dan lain sebagainya.
Tradisi-tradisi dalam masyarakat pun bahkan beragam, masyarakat yang tinggal di tepian pantai dengan masyarakat yang tinggal di pedalaman akan memberikan suatu gambaran yang jauh berbeda, kesenian, upacara adat, bahkan kehidupan adat sehari-haripun tidak banyak menunjukan kesamaan, contohnya, ada sebuah upacara adat atau perayaan ketika para nelayan telah menangkap ikan, yang cara menangkapnya di kenal dengan nama sero, sedangkan di pedalaman akan ada penanaman sejenis Umbi yang memang satu-satunya di dunia ini hanya terdapat dan berasal dari Banggai, sehingga di kenal dengan nama Ubi Banggai, ini akan memberikan suatu cerita tersendiri yang sangat menakjubkan, yang di mulai dari proses hingga selesai, akan banyak sisi-sisi kehidupan tradisi yang memberikan gaya artistik yang sangat berharga.
Berburu merupakan salah satu kegiatan yang dari zaman pra kerajaan Banggai, namun hingga kini, berburu atau yang dalam bahasa Banggai dikenal dengan nama Baasu itu masih sering di jumpai di daerah pedalaman, terutama di kawasan Pulau Peling.
Masih sangat banyak tradisi yang melekat pada masyarakat adat maupun yang sudah mulai memudar seiring pekembangan zaman, namun di balik itu semua, masih menyimpan sejuta makna dan sejuta misteri untuk di gali dan di kembangkan. yang pasti, marilah kita sama-sama menjaga adat dan istiadat kita, karena inilah harga diri suku dan kerajaan kita.
http://rafikhasbi.blogspot.com/2011/01/tradisi-banggai.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar