Sulawesi Tengah kurang dikenal oleh masyarakat internasional meskipun telah berabad-abad lamanya menjadi jalur perdagangan laut dari kepulauan Maluku di bagian timur dan Philipina di bagian utara.
Pulau Sulawesi terkenal dengan bentuknya yang khas dan menurut A. R. Wallace, pulau ini terletak antara daratan Astro Australia dan benua Asia pada zaman prasejarah. Hal inilah yang memungkinkan flora dan fauna di pulau ini menjadi objek penelitian ilmiah.
Salah satu penjelajah Eropa yang menginjak kakinya di Sulawesi Tengah adalah Francisdrake. Dalam pelayarannya mengelilingi dunia dengan kapalnya "The Golden Hind" berlabuh di pantai timur Sulawesi Tengah. Meskipun tidak ada catatan sejarah, kemungkinan besar pelaut-pelaut Portugal dan Spanyol menginjak kakinya di Negeri ini yang terbukti dengan masih ada pengaruh Eropa terhadap bentuk pakaian masyarakat hingga dewasa ini.
Donggala salah satu pelabuhan laut utama merupakan pelabuhan persinggahan (transito) bagi kapal-kapal yang berlayar disepanjang selat Makassar yang membawa sutra dan barang-barang lainnya, sementara di pantai bagian timur yang berbatasan dengan kepulauan Maluku pasti sudah disinggahi oleh pedagang-pedagang Portugis maupun Eropa lainnya berabad-abad silam.
Sulawesi Tengah sebagai bermukimnya beberapa kelompok ethnik yang memiliki bahasa, kebiasaan dan tradisi tersendiri yang telah dipengaruhi oleh Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan serta transmigran yang datang ke daerah ini diawal abad 20.
Para pelaut Bugis yang berdiam di sepanjang pantai juga sejumlah pindahan dari Bali Jawa menambah keanekaragaman penduduk di daerah ini.
Hal yang menarik adalah masyarakat pada pegunungan di bagian tengah yang dianggap sebagai keturunan orang Toraja di Sulawesi Selatan, hidup pada daerah-daerah terpencil, mereka masih mempertahankan budaya tradisi lama yang masih mirip dengan budaya Toraja.
Dengan infrastruktur yang masih kecil, perjalanan di daerah pegunungan yang semula hanya ditempuh dengan berjalan kaki atau menunggang kuda sekarang sudah diganti dengan adanya jalan Trans Sulawesi, yang membujur dari Makassar (Sulawesi Selatan) ke Manado (Sulawesi Utara). Transportasi udara menghubungkan kota-kota di enam kabupaten di propinsi tersebut.
Di Sulawesi Tengah banyak hal-hal yang menarik. Laut di bagian timur memiliki taman laut yang belum diolah, flora dan fauna yang unik juga ditemukan di hutan dan pegunungan yang tinggi, yang menyimpan ratusan patung megalitik yang masih merupakan teka-teki.
DARATAN
Pulau Sulawesi merupakan pulau terbesar ke-4 di Indonesia dengan luas daratan 227.654 km2. Bentuknya yang khusus yang menyerupai huruf "k" yang membujur dari utara ke selatan dan tiga semenanjung yang panjang yang membujur ke timur laut, timur dan tenggara. Terdapat banyak lembah dan danau.
Pulau ini dibatasi oleh Selat Makassar di bagian barat yang membuatnya terpisah dari Pulau Kalimantan serta dipisahkan dari kepulauan Maluku oleh Selat Maluku.
Pemerintah di daerah ini dibagi menjadi 4 propinsi, yaitu utara, tengah, selatan dan tenggara. Sulawesi Tengah merupakan propinsi yang terbesar dengan luas wilayah daratan 68.033 km2 yang mencakup semenanjung di bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara serta kepulauan Togian di Teluk Tomini dan kepulauan Banggai di Teluk Tolo. Luas wilayah laut adalah 189.480 km2.
Hampir semua bagian propinsi ini bergunung-gunung (kira-kira 42,80% di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut) dan puncak tertinggi adalah gunung Kambuna yang mencapai 2950 meter yang terletak di dekat kota Palu. Ada beberapa sungai, yang terpanjang di Sulawesi adalah sungai Lariang, dan danau yang terkenal yang menjadi objek wisata adalah danau Poso dan Danau Lindu.
Dengan ditutupi oleh hutan tropis, pulau ini memiliki beberapa suaka alam untuk melindungi flora dan fauna yang unik, yang merupakan objek penelitian bagi para ilmuwan dan para naturalis.
Ibukota Sulawesi Tengah adalah Palu yang terletak di Kotamadya Palu. Di pantai barat teluk Palu kota ini dibagi dua oleh sungai Palu yang membujur dari lembah Palu, suatu daratan rendah sepanjang beberapa kilometer dan dikelilingi oleh gunung dari ketiga sisinya. Garis pantai Sulawesi Tengah memiliki pantai putih yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil tak berpenghuni dan laut yang memiliki taman laut yang indah yang belum terjamah.
Dataran tinggi, plato dan lembah menyimpan monumen megalitik prasejarah di zaman lampau yang tersimpan di hutan dan daerah berbukit-bukit dan yang dipelihara oleh masyarakat di daerah-daerah terpencil dari jangkauan masyarakat luar.
SEJARAH
Sulawesi Tengah yang terletak di bagian barat kepulauan Maluku dan bagian selatan Philipina membuat pelabuhan di daerah ini sebagai persinggahan kapal-kapal Portugis dan Spanyol lebih dari 500 tahun lampau. Dalam perjalanannya mengelilingi dunia Francis Drake singgah di salah satu pulau kecil di bagian timur propinsi ini selama sebulan pada bulan Januari 1580.
Setelah dikuasai oleh Belanda pada tahun 1905 Sulawesi Tengah dibagi menjadi beberapa kerajaan kecil, dibawah kekuasaan raja yang memiliki wewenang penuh.
Belanda membagi Sulawesi Tengah menjadi tiga daerah yaitu wilayah barat yang kini dikenal dengan Kabupaten Donggala dan Buol Toli-Toli dibawah kekuasaan Gubernur yang berkedudukan di Makassar.
Di bagian tengah yang membujur di Donggala kawasan timur dan bagian selatan Poso berada dibawah pengawasan Residen di Manado, bagian timur dikendalikan dari Bau-Bau.
Pada tahun 1919 raja-raja yang masih berkuasa dibawah kekuasaan Belanda menandatangani suatu perjanjian yang disebut "Korte Verklaring Renewcame" memperbaharui persekutuan mereka dan seluruh daerah Sulawesi Tengah dibawah kekuasaan residen di Sulawesi Utara. Setelah perang dunia kedua wilayah yang merupakan Propinsi Sulawesi Tengah dewasa ini dibagi menjadi beberapa bagian dan sub bagian hingga pada tahun 1964 terbentuk menjadi propinsi tersendiri yang terpisah dari Sulawesi Utara yang bergabung sejak 1960. Akhirnya tanggal 13 April 1964 diangkatlah gubernur tersendiri untuk propinsi ini yang hingga saat ini tanggal tersebut tetap diperigati sebagai hari ulang tahun propinsi ini.
MASYARAKAT
Penduduk Sulawesi Tengah terdiri atas beberapa kelompok etnik dan masih terbuka bagi transmigran dari Sulawesi Utara dan Selatan, Jawa dan Bali, yang telah bermukim disana. Di Kabupaten Donggala terdapat suku Kaili, Tomini dan Kulawi. Masyarakat Poso dibagi menjadi Lore, Pamona, Mori dan Bungku.
Di Kabupaten Banggai ada suku Banggai, Saluan dan Balanta, sedangkan di Toli-Toli ada suku Toli-Toli, Dondo dan Buol. Beberapa kelompok ini selanjutnya dibagi menjadi beberapa sub kelompok yang memiliki tradisi tersendiri yaitu:
1. Suku Kaili yang menghuni sebagian besar Kabupaten Donggala, dibagi menjadi 4 sub kelompok yang memiliki bahasa tersendiri.
2. Suku Kulawi di Donggala dibagi dalam 2 sub kelompok yang satu menggunakan bahasa Kaili dan yang lainnya dialek Kulawi Lindu.
3. Suku Lore dengan 3 sub kelompok yang hidup di Poso yaitu sub kelompok yang menggunakan dialek Kaili Tawaili, tinggal di sebelah utara kabupaten tersebut, dan 2 sub kelompok lainnya yang memiliki bahasa tersendiri yaitu Napu dan Bada.
4. Kelompok Pamona di Kabupaten Poso berbicara dalam satu bahasa yang hidup disepanjang pantai utara dan Danau Poso.
5. Suku Mori yang memiliki bahasa tersendiri dan tinggal di Mori Atas dan sekitarnya.
6. Kelompok Bungku yang terletak di pantai sebelah tenggara Kabupaten Poso di Kabupaten Morowali.
7. Kelompok Saluan di sekitar Luwuk Kab. Banggai.
8. Kelompok Balantak yang mendiami pantai sebelah timur Kabupaten Banggai.
9. Suku Banggai yang terdapat di kepulauan Banggai.
10. Kelompok Buol di pantai bagian utara Toli-Toli.
11. Kelompok Toli-Toli terdapat di beberapa Kecamatan Buol Toli-Toli.
12. Suku-suku terasing.
Disamping beberapa kelompok etnik di atas ada beberapa suku terasing hidup di daerah pegunungan seperti Tolare di Donggala, Wana di Poso, Sea-Sea di Luwuk, dan Daya di Buol Toli-Toli.
Meskipun mereka memiliki bahasa tersendiri yang kira-kira 22 bahasa, yang saling berbeda antara yang satu dengan yang lainnya merekapun berbicara dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, bahasa pengantar di sekolah dan bahasa resmi.
Dengan posisinya di jantung pulau, Sulawesi Tengah telah dihuni oleh masyarakat yang pindah dari Bali. Hal ini telah dipercepat dengan adanya usaha pemerintah untuk memindahkan sebagian masyarakat Jawa dan Bali ke daerah yang masih jarang penduduknya.
Penduduk daerah ini sekitar 1,5 juta jiwa yang mayoritas beragama Islam dan lainnya Kristen, Hindu dan Budha.
Pertanian merupakan sumber utama pencaharian dengan padi sebagai tanaman utama serta masyarakat yang sebagian besar bermukim di pedesaan, telah meningkatkan laju daya baca di daerah-daerah terpencil.
Dengan demikian mudah berkomunikasi dalam bahasa Indonesia baik terhadap anak-anak maupun yang dewasa.
Tingkat toleransi yang tinggi dan semangat gotong-royong merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
BUDAYA
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwarisi turun-temurun dari generasi yang satu ke generasi lainnya.
Tradisi ini dipelihara dalam kehidupan masyarakat, dan menyangkut semua aspek kehidupan dari lahir hingga meninggal sejalan dengan perkembangan waktu, budaya traditional ini telah berpadu dengan agama dan merupakan bagian integral berbagai upacara dan festival yang bervariasi dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya.
Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama.
Perbedaan budaya antar masyarakat pantai dan masyarakat pegunungan yang berhubungan dengan gerakan masyarakat prasejarah.
Karena banyak kelompok etnik berbeda yang mendiami Sulawesi Tengah maka banyak perbedaan. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat di daerah Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan Gorontalo dari Sulawesi Utara. Ada juga pengaruh dari Sumatra Barat seperti yang nampak dalam dekorasi upacara.
Donggala merupakan pelabuhan penting pada zaman lampau dan menenun merupakan warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Palu, Tawaeli dan Banawa.
Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik spesialisasi yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat kita temukan. Masyarakat daerah pegunungan memiliki budaya tersendiri. Meskipun berasal dari daratan Toraja namun tradisi dan adat, model pakaian, arsitektur rumah berbeda dengan Toraja.
Rumah tradisional terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau Duhanga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan ruang keluarga yang besar.
Selain rumah ada pula lumbung padi yang disebut Gampiri. Berbeda dengan masyarakat Toraja, masyarakat yang tidak lagi berburu ini tidak memiliki kebiasaan menenun tetapi membuat pakaian dari kulit kayu.
Bagi masyarakat di dataran tinggi menggunakan kulit beringin sebagai pakaian tebal penghangat badan. Pakaian kuno masih digunakan oleh masyarakat daerah pegunungan yang masih nampak pengaruh Spanyol atau Portugis dimasa lampau.
Lipa atau sarung yang nampak seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan Keraba semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan di Eropa.
Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. (Duster) sarung sultra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota dan kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip dipinggang melengkapi pakaian mereka.
Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan yang diketuai oleh ketua adat, yang memiliki wewenang terhadap masyarakat dan hukum adat, memberikan denda bagi mereka yang melanggar dengan kerbau. Umumnya masyarakat jujur dan ramah, upacara tertentu diadakan untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur, dan tuak yang terbuat dari air kelapa yang difermentasikan yang disimpan dalam bambu.
KESENIAN
Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi diantara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Berbeda dengan musik Jawa dan Bali yang lebih berkembang, musik tradisional di daerah ini memiliki instrumen yang terbatas seperti suling, gong dan gendong. Lebih bermanfaat sebagai hiburan daripada sebagai bagian ritus keagamaan, penampilan kesenian merupakan kesenian rakyat.
Di wilayah Kaili di bagian pantai barat, waino merupakan suatu seni bercerita yang juga dipandu dengan bentuk musik dan ditampilkan ketika ada upacara kematian.
Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan disuatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan keagamaan dan ditampilkan ketika festival. Tari masyarakat yang terkenal adalah dero merupakan tarian masyarakat di Pamona Kecamatan Pamona dan Kuwali. Dero secara khusus ditampilkan ketika musim panen dan festival lainnya seperti upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari nasional tertentu.
Mungkin salah satu tarian di Indonesia yang laki-laki dan perempuan berpegangan tangan bukan warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama pendudukan Jepang di Indonesia ketika perang dunia II.
Dengan memukul gong dan gendang, para penari membuat suatu lingkaran dengan seorang menyanyi dan yang lainnya mengikutinya. Dengan banyaknya orang yang ikut maka lingkaran itu semakin besar dan biasanya ditambah dengan lingkaran kedua. Tamu kehormatan biasanya diikutsertakan dalam lingkaran kedua. Tamu kehormatan diikutsertakan dalam lingkaran tersebut dan dapat istirahat bila lelah. Sebagai suatu kesempatan bagi saling bertemunya antar muda-mudi dero dapat berlanjut hingga larut malam dimana para peserta dapat istirahat dan dapat ikut lagi dalam lingkaran setelah itu. Karena dero hanya ada pada saat-saat tertentu maka biasanya para gadis dan wanita lainnya menggunakan pakaian adat / tradisional.
IKLIM
Garis katulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara Sulawesi Tengah membuat iklim di daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali serta sebagian pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April dan Oktober sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga April. Rata-rata curah hujan berkisar antara 800 – 3000 mm per tahun, dan ini merupakan curah hujan terendah di seluruh Indonesia.
Temperatur berkisar antara 25° C – 31° C untuk dataran pantai hingga tingkat kelembaban 71% – 76%. Malam semakin dingin dengan adanya hembusan angin laut.
Di daerah pegunungan, suhu dapat mencapai 16° C - 22° C dan dapat lebih rendah pada plateaux yang lebih tinggi khususnya di waktu malam.
FLORA & FAUNA
Seorang Naturalis Inggris A.R. Wallace mengeluarkan suatu pernyataan yang disebut garis Wallace yang membusur dari Bali dan Lombok menuju ke antara Kalimantan dan Sulawesi, sebelah selatan Philipina dan sebelah utara Hawaii yang menandai perbedaan flora dan fauna pada daratan yang terpisah ketika zaman es.
Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali yang ddikenal sebagai Sunda Besar merupakan bagian paparan Sunda dan faunanya sama dengan fauna daratan Asia. Pulau-pulau di bagian timur Bali yang merupakan bagian daratan Australia merupakan bagian dari paparan Sahul yang meliputi kepulauan Aru, Irian dan Australia. Sulawesi merupakan pulau terpisah dari kedua dataran tersebut, maka tidaklah heran memiliki flora & fauna tersendiri.
Binatang khas pulau ini adalah Anoa yang mirip kerbau, babi rusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, monyet sulawesi, tupai sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan faritas binatang berkantung serta burung Maleo yang bertelur pada pasir yang panas.
Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri yang didominasi kayu agatis yang berbeda dengan Sunda Besar yang didominasi oleh pinangan-pinangan (yang spesiesnya disebut rhododenron).
Variasi flora dan fauna merupakan obyek penelitian dan pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan fauna tersebut telah ditetapkan taman nasional atau suaka alam seperti Taman Nasional Lore, suaka alam Morowali, suaka alam Tanjung Api dan suaka alam di Bangkirian untuk melindungi burung Maleo. Taman Nasional Lore Lindu yang terletak di sebelah selatan Donggala dan bagian barat Kabupaten Poso memiliki luas wilayah 131.000 ha. Dengan dikelilingi oleh puncak Nokilalaki yang mencapai ketinggian 2.355 m, Danau Lindu masih dapat dilihat. Di taman ini terdapat pula patung-patung prasejarah yang terdapat di Napu, Beso dan Bada. Variasi flora dan fauna yang dilindungi mencakup babi rusa, Anoa dan Tangkasi.
Suaka margasatwa lain juga terdapat di Tanjung Api yang berlokasi di Ampana, 156 km dari Poso. Di sini Anoa dan Babi Rusa ditemukan disepanjang pantai dan juga terdapat gas alam yang menyemburkan lidah api.
Morowali sebuah suaka alam di Petasia yang memiliki hutan tropis yang masih asli. Pohon-pohon agatis tumbuh disini pada dataran rendah dan payau. Morowali dapat dicapai 1½ jam dari Kolonodale dengan motor laut. Anggrek hitam yang terkenal ditemukan di Morowali, Bancea, Kulawi dan tempat-tempat lainnya.
TEMPAT-TEMPAT MENARIK
PALU
Ibukota Propinsi terletak di lembah Palu yang indah yang dibagi 2 oleh sungai Palu. Bagian barat kota ini menghadap ke teluk Palu. Pantai lainnya adalah pantai penghibur Talise di bagian utara kota ini. Selain sarana olahraga air adapula warung-warung makan yang buka hingga larut malam dan populer dikalangan masyarakat setempat.
Museum Sulawesi Tengah di jalan Sapiri memberikan beberapa informasi tentang sejarah dan budaya propinsi dan masyarakat. Hal-hal yang menarik mencakup peninggalan zaman prasejarah seperti perkakas rumah tangga dan senjata. Adapula contoh-contoh seni dan kerajinan tradisional. Bangunan museum merupakan tipe arsitektur yang berbbeda yang ditentukan di daerah ini.
Taman Alam Poboya yang terletak 7 km ke arah timur kota ini pada pinggir sebuah bukit yang ditutupi oleh kayu-kayu gaharu memberikan suatu pemandangan yang menarik di lembah dan teluk kayu. Suaka ini merupakan suatu lokasi kemping/berkemah.
Panorama yang indah lainnya adalah garis pantai yang membujur 35 km dari Palu ke Donggala sepanjang teluk Palu. Pohon kelapa yang membuat pantai berpasir teduh dan ada taman karang bawah laut yang tidak begitu dalam. Rumah Raja disebut Souraja yang berarti rumah besar yang juga sering dikenal dengan Sapo Bose atau Banua Mbaso yang melambangkan kebangsawan.
Pada bagian interior dalam terdapat kaligrafi di atas kayu dalam aksara Parisi atau Lufi Arab. Arsitektur kayu yang ditulis di atas batu dan ukiran dengan jelas merupakan pengaruh Melayu dan Bugis dizaman lampau.
Kira-kira 2 km di timur Palu, terletak Tanah Runtuh yang memberikan pemandangan yang menarik ketika matahari terbenam dibalik gunung Gawalise. Ada juga sarana olah raga dan rekreasi disini seperti lapangan golf, pacuan kuda dan arena motocross.
KABUPATEN DONGGALA
Taman rekreasi Loli Indah berjarak 17 kkm dari Palu, yang memiliki kolam renang, tempat bermain anak-anak dan panorama lainnya yang menarik di teluk Palu.
Tanjung Karang dan Pantai Tawaili yang berpasir putih terletak 5 km di sebelah utara. Perjalanan yang melintasi bukit memberikan pemandangan akan birunya laut.
Tanjung Karang yang berjarak kira-kira 38 km dari pulau dapat dicapi dengan motor laut dari Donggala. Matahari terbit dan terbenam merupakan pemandangan yang spektakuler di Tanjung Karang. Pantai ini cocok untuk berenang dan berjemur diterik matahari.
TAMAN WOTUNONJU
Kampung Wotunonju berasal dari kebudayaan kuno, Wotunonju memiliki penumbuk padi pada zaman kuno. Rumah tradisional Lobo dan Gampiri dapat ditempati oleh para pengunjung.
SUMBER AIR PANAS BORA
Sumber air panas bermineral yang konon dapat menyembuhkan penyakit. Bora terletak kira-kira 12 km dari Palu. Tarian tradisional Raego dapat kita saksikan disini.
BALANE
Terletak 7 km dari Palu di Kecamatan Marawola, masyarakat primitif telah ditempatkan disini. Balane dapat dicapai dengan mengendarai mobil 15 menit dari Palu, disana kita dapat menyaksikan kerajinan keramik yang masih dibuat dengan cara trasional serta tenun tangan Ntiko yang menggunakan serat dari tanaman payau.
SUMBER AIR PANAS MANTIKOLE
Sumber air panas ini terletak di desa Pesako, Kecamatan Dolo, kira-kira 25 km dari Palu. Iklim disini dingin dan sumber air yang suam-suam (hangat). Tidak dipungut biaya mandi ditempat ini, tempat mandi memiliki kamar ganti pakaian dan ada tempat istirahat.
KULAWI
Kulawi terletak di pegunungan bagian selatan 17 km dari Palu. Yang dikenal dengan budayanya yang unik. Kulawi merupakan kawasan pegunungan yang dikelilingi oleh ladang padi, sayuran dan cengkih. Masyarakat beragama Kristen dengan Kulawi sebagai pusatnya. Bala keselamatan menyebar di bagian timur Indonesia termasik di Kulawi dan mereka memiliki gereja dan rumah sakit.
Akan tetapi budaya tradisional tetap berakar kokoh di masyarakat. Dan festival dilaksanakan menurut tradisi lama. Pakaian wanita Kulawi cukup menarik yang dipakai ketika upacara atau bergereja di hari Minggu. Disana terdapat penginapan untuk menginap milik Pemerintah.
DANAU LINDU
Danau Lindu memiliki luas 3150 ha, dan merupakan danau terbesar kedua di Sulawesi Tengah.Sebagai danau pada dataran tinggi yang dikelilingi oleh gunung, danau ini beriklim dingin.
Danau Lindu dapat dicapai melalui jalan darat dari Palu ke Sidaunta (63 km dari Palu). Ke arah Palu, Kulawi dengan perjalanan 1¼ jam. Dari Sidaunta kira-kira 17 km lagi ke danau itu yang dapat dicapai dengan berkuda atau berperahu selama 5 jam.
Jalan setapak yang digunakan oleh para nelayan dari danau itu dan para petani yang membawa beras keluar wilayahnya serta membawa pulang garam, minyak tanah dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Di Pinggir danau itu kita dapat memancing, dan unggas liar banyak disini. Perahu dapat dipinjam pada kepala desa Tomado. Untuk mencapai pulau Bola diperlukan waktu 10 menit dengan menggunakan motor laut.
Salah satu hal yang menarik adalah adanya kubur maradindo seorang pahlawan rakyat, yang dihiasi dengan lukisan kepala kerbau. Disini tidak ada tempat menginap kecuali di rumah penduduk atau laboratorium WHO di Tomado. Masyarakat disini jujur dan ramah, yang dengan sukarela akan memandu atau mengantar, pengunjung disarankan agar tidaj berjalan dengan kaki telanjang karena banyak cacing schistosomiasis atau lintah.
TAWAELI
Tawaeli merupakan pusat penenunan, berada 19 km dari Palu, di pantai bagian utara. Sebagian industri rumah tangga tenunan sutera merupakan kerjinan tradisional yang dikerjakan oleh wanita. Bahannya masih diimport sebagaimana tenunan ini masih menggunakan teknik ikat ganda yaitu suatu teknik yang ditemukan di Bali, India dan Jepang.
KEBON KOPI
Kebon kopi merupakan warisan zaman Belanda yang merupakan tempat persinggahan yang beriklim sejuk. Terletak 45 km ke arah timur laut kota Palu dengan ketinggian 600 meter diatas permukaan air laut yang merupakan pemandangan tersendiri di atas teluk dan lembah,
Disini ada beberapa restoran, losmen dan para petani yang menjajakan hasil produksi mereka seperti sayur dan buah-buahan disepanjang jalan.
AIR TERJUN LIKUNGGAVALI
Likunggavali terletak di Marantale, Kecamatan Ampibabo sekitar 65 km dari kota Palu. Air terjun ini bertingkat-tingkat. Tingkat tertinggi sekitar 40 m dan memiliki goa dengan beberapa bilik.
Goa ini dipenuhi oleh sarang burung. Air terjun dekat laut dan para pengunjung dapat berenang di teluk Tomini atau melihat indahnya matahari terbit dari ufuk timur.
KABUPATEN POSO
Dengan luas 23.477 km2, Kabupaten Poso merupakan kabupaten terbesar di propinsi ini yang membujur dar pantai bagian utara hingga perbatasan dengan Sulawesi Selatan. Wilayahnya bergunung-gunung dan didominasi oleh hutan hujan basah.
Ada 3 suaka alam yang terletak di daerah ini dan juga terkenal karena danaunya yaitu Danau Poso. Selain Sungai Lariang yang mengalir melalui daerah ini ada pula sungai-sungai lainnya yang mengalir di lereng-lereng gunung yang bermuara ke laut atau danau. Sebagai ibukota kabupaten yang terletak di pantai bagian utara, daerah Poso dibagi 2 oleh Sungai Poso. Kota ini memiliki pantai yang tengah dikembangkan sebagai kawasan rekreasi bagi masyarakat lokal. Perahu-perahu tersedia untuk memancing atau berlayar.
TAGOLO
Tagolu terletak 7 km di sebelah selatan Poso yang terkenal dengan ukiran dari kayu eboni. Para pengukir yang kebanyakan dari Bali mengembangkan kayu eboni lebih fungsional daripada sebagai cenderamata / hiasan semata.
SUAKA TANJUNG API
Tanjung Api yang terletak 156 km di bagian timur Poso, di pantai utara dan semenanjung bagian timur. Suaka ini memiliki spesies lokal Sulawesi yaitu Tangkasi, Babi, Babi Rusa, ular Pythonstarsius dan Rusa. Keadaan hutan agak terang dan jalan setapak mudah dilalui.
DANAU POSO
Danau Poso merupakan danau dataran tinggi yang dikelilingi oleh gunung dan memiliki pemandangan yang menarik serta iklim yang dingin sehingga menbuatnya sebagai pusat pengembangan wisata di Sulawesi Tengah. Dengan luas 32.320 ha danau ini ke utara hingga ke bagian tengah Kecamatan Pamona Utara. Tentena di bagian utara, 56 km dari Poso.Bagian selatan di Pamona Selatan menuju ke Pendolo. Kedua daerah ini dihubungkan dengan transportasi air melalui rute perdagangan tradisional antara Poso dan Toraja di Sulawesi Selatan.
Perjalanan berperahu biasanya hingga malam dengan menggunakan lampu minyak dan agar penumpang tidak kedinginan dilengkapi dengan ruangan bawah. Diadakan pelayaran malam karena adanya angin kencang, setelah jam 10 pagi yang berhembus di bagian tengah danau itu yang menimbulkan gelombang.
TENTENA
Danau di daerah ini memiliki sejumlah ikan, khususnya belut (Sogili) dan ikan kering. Sogili yang pernah ditangkap mencapai panjang 1,8 m dan berat 20 kg. Bagian dangkal danau itu memiliki sisi yang berbatu-batu dan bahkan goa. Goa kuno yaitu Goa Pamona merupakan goa prasejarah di bawah permukaan danau yang mungkin dijadikan kuburan bawah tanah karena banyak ditemukan tulang-tulang manusia disana. Ruang goa yang ke 12 merupakan ruang goa terjauh yang dapat dimasuki seseorang, dan untuk masuk kesana diperlukan penunjuk jalan agar tidak tersesat. Di dalam goa ini terdapat Batu Gong yang kalau dipukul menimbulkan bunyi seperti bunyi gong. Di dasar danau diyakini ada fosil naga yang dapat dilihat ketika air tenang. Fosil tersebut dianggap keramat oleh masyarakat setempat dan memiliki legenda yang berhubungan dengan cara hidup masyarakat setempat.
Tentena merupakan daerah yang membatasi Danau Poso dan disepanjang pebukitan banyak ditanam cengkih. Daerah ini merupakan pusat penyebaran agama Protestan yang dipelopori oleh misioner Dr. A.C. Kruyt dan Dr. Adriani pada tahun 1895. Di kota ini terdapat Gereja Protestan tertua di Sulawesi Tengah.
Pesawat Cesna misioner terbang ke tempat-tempat terpencil di wilayah ini yang dioperasikan oleh pilot Amerika. Untuk penginapan ada hotel disekitar danau dan sebuah rumah peristirahatan milik pemerintah di atas bukit yang menghadap danau.
DANAU POSO
Wilayah Poso memiliki bermacam-macam keunikan yang tidak ditemukan di daerah lain. Poso terletak di jantung Pulau Sulawesi atau bahkan di Indonesia, yang terletak kira-kira 600 m di atas permukaan laut, 57 km dari Kota Poso, di sepanjang jalan Trans Sulawesi. Keliling Danau Poso 32.320 km dengan lebar 16 km, dalamnya sekitar 360 m dibagian selatan, dan 510 m di bagian utara. Airnya jernih sepanjang masa. Musim kemarau Juli hingga Agustus, dan musim hujan Januari hingga Juni dan Oktober hingga Desember.
Ada pasang tinggi terjadi April hingga Juni dan pasang surut Juli hingga Desember. Ketika pasang, ¾ danau tersebut ditutupi oleh pasir putih pada pantainya. Dan hasil khusus dari danau itu ada Sogili dan ikan mas. Di bagian selatan danau ini terletak Kecamatan Pendolo yang merupakan sebuah daerah persinggahan bagi para persinggahan yang datang dari Toraja dan melanjutkan perjalanannya disekitar danau untuk menjelajahi Morowali, Tanjung Api, Suaka Lore Kalamanta, Taman Laut Teluk Tomini, Kepulauan Togian, naik perahu di Lembah Bada, dan melihat ratusan batu megalithik atau langsing ke Manado. Di sekitar danau ada kawasan wisata dengan taman anggrek alami Bancea yang luasnya sekitar 5000 ha dengan 55 jenis anggrek langka, pantai berpasir putih dengan latar belakang hutan anggrek. Goa Pamona terletak di sisi lain danau ini, dan setia minggu keempat di bulan Agustus di Tentena diadakan festival budaya Danau Poso.
TAMAN NASIONAL LORE LINDU
Pusat daya tarik Propinsi Sulawesi Tengah terletak di Taman Nasional Lore yang memiliki lebih dari 100 patung megalithik, yang terletah di lembah Besona. Yang paling mengesankan adalah patung lelaki setinggi 4 meter yang disebut batu Palindo yang berdiri di atas Sepe dekat kampung Gintu di Bada.
Daerah disekitar patung ini telah dibersihkah dan di dalam taman itu dibuat rumah tradisional yang digunakan untuk pertemuan masyarakat setempat untuk para tamu. Pasangan patung lelaki tersebut diyakini seorang wanita dengan bayinya, 7 km dari Bomba. Ada juga mata air yang terdapat di dekat patung tersebut.
Gintu dapat dicapai dengan pesawat Cesna misioner dan 2 km berjalan kaki ke Sepe dengan naik rakit bambu. Masyarakatnya ramah, jujur dan suka menyambut tamu. Adapula jalan dari Palu (jalan darat) kemudian naik perahu atau kuda dari Wuasa ke kampung-kampung terpencil. Taman Nasional itu lebih dari 250.000 ha dengan ketinggian rata-rata antara 300 – 2610 meter dari permukaan laut. Binatang di hutan tersebut meliputi Anoa, Babi Rusa, Tarsius, Tangkasi dan beberapa spesies burung seperti merpati hijau/darat. Kantor PPA (Perlindungan dan Pengawetan Alam) harus dihubungi untuk meminta izin dan petunjuk, atau menggunakan biro perjalanan setempat.
TAMAN LAUT TELUK TOMORI
Dari Tentena / Pendolo perjalanan dapat dilanjutkan ke Teluk Tomori, sekitar 157 km yang dapat dicapai 4 jam dengan bus. Teluk Tomori memiliki keindahan alam tersendiri yang menarik. Airnya tenang dan kadang-kadang menyerupai sebuah cermin yang memantulkan bayangan gunung di sekitarnya dan sebuah rangkaian kepulauan yang indah yaitu Payau Dara nama pulau yang terletak di pusat laut dan beberapa pulau kecil lainnya, seperti Pulau Lampu, Pulau Tokabe, Pulau Bunda dan Pulau Tomori.
Mori sebuah pulau kecil yang berbentuk oval yang memanjang dari utara ke selatan dengan pantai di bagian timur dan barat yang berpasir putih tetapi pantai di bagian utara dan ke selatan merupakan bebukitan yang tingginya hingga 300 meter. Di sekitar Pulau Tomori terdapat Taman Laut yang indah yang merupakan urutan ke-27 dunia di pintu gerbang Teluk Tomori. Di sana ada juga batu karang di tengah laut yang menyerupai pohon beringin setinggi 25 meter dari dasar laut dan disebut Batu Apali oleh masyarakat Tomori yang tinggal disekitar teluk. Ada warisan kuno di puncak batu itu dan dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Setiap kapal/perahu yang lewat di sana harus membunyikan klakson sebagai tanda permisi bila tidak ingin celaka dalam perjalanan. Teluk tersebut juga memiliki ribuan spesies ikan.
Masyarakat Tomori memiliki budaya dan seni tradisional seperti pesta perkawinan, pesta pemakaman serta tari dan lagu daerah yang indah dan menarik. Dalam perjalanan dari Tentena / Pendolo dapat dilihat pemandangan alam seperti padang rumput yang luas dan perkebunan karet Beteleme atau istirahat di Tomori Indah. Di sini dapat dilihat pemandangan alam seperti hutan sejuk di gunung, menikmati gedung kesatuan tradisi Mori dan Toraja.
SUAKA MOROWALI
Morowali yang berarti ‘gemuruh’ dalam bahasa Wana dan merujuk kepada bunyi sungai yang mengalir di bebatuan. Morowali terletak jauh di ujung timur propinsi ini di Kecamatan Bungku Utara dengan luas 160.000 ha, dengan gunung, danau hutan dan saluran banjir. Suatu suaka alam yang baru pernah dikunjungi oleh suatu ekspedisi Inggris Operation Drake pada tahun 1979 sebagai penelusuran perjalanan keliling dunia. Tuan Francis Drake dengan kapalnya "The Golden Hind" yang berlabuh di salah satu pantai pada tahun 1580. Para ahli menghubungkan "Operation Drake" dengan sebuah survei keadaan hutan iventaris tanaman, binatang dan serangga serta penelitian biologi kelautan di daerah tersebut. Ada 5 sungai yang mengalir melalui suaka tersebut. Daerah pelabuhan bergunung-gunung dan dihuni oleh Suku Wana yang suka berpindah-pindah. Daerah ini dapat dihubungkan dengan Bone melalui Pesawat Cesna misioner ke Tokala Atas dan Beteleme. Dengan perjalanan 6 – 7 jam menggunakan jeep daerah ini dapat ditempuh dari Tentena ke Kolonodale. Kolonodale memiliki sebuah hotel tetapi tidak ada tempat menginap yang memungkinkan di kawasan suaka tersebut kecuali hanya mengharapkan kemurahan hati masyarakat Bajo di pantai atau Wana di daratan.
KABUPATEN BANGGAI
Di ujung semenanjung bagian timur terdapat Kabupaten Banggai yang mencakup Kepulauan Banggai. Ibukotanya Luwuk, pulau yang terkenal adalah Pulau Peleng. Pulau Banggai memiliki sejarah tradisional dengan tempat keramat berdasarkan mitos-mitos kuno yang berasal dari Jawa.
Ketika masih bersatu dengan Ternate, Banggai berada di bawah kekuasaan Belanda. Masyarakat dibagi 2 kelompok yaitu Mian Laut dan Mian Banggai yang dengan dialeknya yang berbeda.
AIR TERJUN HANGA-HANGA
Air terjun ini menghadap Teluk Tole dengan ketinggian 75 meter dan merupakan kawasan rekreasi yang populer di kalangan masyarakat setempat, yang jauhnya 3 km dari Luwuk.
PANTAI KILO LIMA
Kilo Lima terletak 5 km dari Luwuk, suatu pantai berpasir putih yang dapat digunakan untuk berenang dan mandi.
KEPULAUAN BANGGAI Kepulauan ini tempat menghindar dari keramaian. Pulau terbesar adalah Peleng, sedangkan Banggai agak kecil. Di sepanjang pantai Banggai penuh dengan pohon kelapa. Batu karang dan ikan tropis memberikan pemandangan yang indah pada taman laut. Pantai barat Pulau Banggai dikembangkan sebagai kawasan peternakan mutiara. Di pulau ini juga ada sebuah istana raja zaman dulu yang dilindungi, sebagai bukti bahwa pulau ini penting di zaman lampau. Pulau ini dapat diccapai dengan perahu atau ferry dari Luwuk.
SUAKA BANGIRIANG
Terletak kira-kira 96 km ke arah timur Luwuk dan banyak ditemukan Burung Maleo di pantai selatan semenanjung Banggai. Burung Maleo merupakan binatang khas Sulawesi yang mirip ayam, yang bertelur di atas tanah panas yang bervulkanik, tempat mereka hidup berkeliaran. Sarang-sarang burung ini dilindungi dan untuk mengambilnya harus meminta ijin dari kantor PPA (Perlindungan dan Pengawasan Alam) di Batui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar