Gunung Colo yang dalam Bahasa Bugis berarti gunung korek api, keberadaannya agak menyimpang dari rangkaian jalur gunung api di Indonesia yaitu suatu zona lemah berupa sesar. Terletak pada 0°10' Lintang Selatan dan 121 °36.5' Bujur Timur, gunung vulkanik ini masih terbilang aktif sejak terakhir meletus tahun 1983. Sebelumnya, gunung ini meletus tahun 1898 hingga tahun 1900. Aktivitas vulkanik dan letusan tersebut mengakibatkan terbentuknya sumbat lava yang sekarang dikenal sebagai Gunung Colo.
Letusan terakhir merupakan letusan yang terbilang dahsyat dibandingkan dengan letusan 83 tahun sebelumnya. Tepat tanggal 23 Juli 1983, gunung kecil ini meletus, memuntahkan kepulan awan berwarna kuning setebal 5 kilometer di langit Pulau Una Una. Bau belerang tercium hingga ke seluruh penjuru pulau. Awan panas menghanguskan nyaris seluruh wilayah pulau dan merusak segala jenis tumbuhan di pulau tersebut. Lava dan lahar gunung api menyapu pemukiman penduduk yang dilaluinya. Bahkan, abu letusan gunung api mencapai beberapa daerah di Kalimantan Timur.
Tidak ada korban jiwa saat itu; penduduk berhasil dievakuasi dan diungsikan ke pulau-pulau terdekat dengan menggunakan kapal motor secara bertahap. Mereka mengungsi ke daerah-daerah sekitar pulau, seperti ke Ampana, Pulau Togean, hingga Gorontalo. Aktivitas gunung api yang meletus tersebut berlangsung selama 6 bulan sebelum dinyatakan normal. Berdasarkan hasil penyelidikan terpadu dikatakan bahwa bahwa sumbat lava Gunung Colo sudah habis dilontarkan. Terbentuk 3 (tiga) kawah gunung dengan ukuran yang berbeda pasca letusan. Kawah tertua dan yang paling besar berukuran sekira 2000 m; kawah kedua (kawah muda) berbentuk bulat dengan diameter tidak lebih dari 300 m; kawah ketiga (kawah termuda) terbentuk akibat letusan eksplosif tahun 1983 dengan diameter sekira 200 m.
Beberapa waktu sejak meletus, gunung ini ditinggalkan tak berpenghuni. Akan tetapi, beberapa tahun kemudian masyarakat yang dulu sempat mengungsi secara berangsur-angsur kembali ke Pulau Una Una dan membangun kembali kehidupannya di sana. Awalnya mereka hanya datang ke pulau ini sesekali untuk menanam tanaman berumur panjang dan menjadikannya semacam kebun penghasil komoditi pertanian. Seiring berjalannya waktu, beberapa penduduk kembali membangun rumah di Pulau Una Una. Meski dinyatakan bahwa Gunung Api Colo masih aktif dan dapat meletus kapan saja, hal ini seolah tidak menyurutkan keinginan penduduk untuk kembali lagi ke Pulau Una Una. Suku Bugis dan Gorontalo adalah mayoritas penduduk penghuni pulau cantik ini.
Pulau Una Una yang subur dan permai ini memang akibat dari letusan Gunung Colo itu sendiri. Pulau ini kini menjadi penghasil kopra utama bagi Sulawesi Tengah dan juga penghasil cengkeh. Keunikan lain yang diakibatkan oleh dampak letusan adalah pasir di sepanjang pesisir pantai Pulau Una Una ada yang berwarna hitam tercampur lava vulkanik. Hal ini terlihat mencolok sekali jika mengingat bahwa sebagian besar pantai di pulau-pulau lain di sekitarnya adalah pasir putih.
Sejak meletusnya Gunung Colo, kabarnya jumlah populasi rusa meningkat pesat. Penduduk Pulau Una Una bahkan beternak rusa dan mengkonsumsi daging rusa untuk kebutuhan sandang pangan sehari-hari. Kemungkinan penyebab fenomena meningkatnya populasi rusa ini adalah karena letusan gunung terakhir membunuh banyak predator rusa.
Pulau Una Una juga kaya dengan keanekaragaman hayati bawah laut, seperti ikan, udang, kepiting, serta teripang. Selain itu, pulau yang juga disebut Pulau Ringgit ini memiliki potensi wisata bahari yang memesona. Terdapat beberapa titik penyelaman yang cantik yang juga berdekatan dengan Pulau Kadidiri, objek wisata utama di kawasan Kepulauan Togean. Lokasi penyelaman yang terkenal adalah Jack's Point, Menara, Fishomania (The Pinnacle), Kololio, dan Tanjung Apollo. Pada musim-musim tertentu, perairan sekitar pulau ini akan menjadi jalur lintas bagi ribuan barakuda yang berenang di antara warna-warni terumbu karang.
Untuk mengunjungi Pulau Una Una, Anda dapat menggunakan alat transportasi laut atau speedboat melalui Gorontalo, Pulau Kadidiri, atau Pulau Batudaka. Di Pulau Batudaka, terdapat stasiun vulkanologi yang berfungsi sebagai pusat pengamatan Gunungi Colo. Mendaki Gunung Colo dapat menjadi tantangan sendiri bagi Anda yang gemar dengan pendakian. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa gunung api ini memiliki jurang-jurang yang terjal sehingga menuntut kehati-hatian saat mendaki tebingnya. Di beberapa bagian, tumbuh subur pakis yang akan menghalangi pandangan akan ke arah jurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar