Mangrove yang oleh masyarakat setempat lebih populer disebut dengan hutan bakau, menjadi daerah pelindung daratan dari erosi oleh ombak. Hutan bakau ini juga menjadi tempat pembesaran anakan ikan dan udang serta menjadi tempat hidup kepiting, kerang, ular dan buaya.
Hutan bakau yang sedang dikembangkan oleh masyarakat menjadi lokasi ekowisata ini terletak di Desa Sausu Peore. Desa yang termasuk dalam kawasan perairan teluk tomini ini memiliki topografi pantai datar berair dan sedikit perbukitan. Dengan ekosistem hutan sekunder, mangrove, karang, padang Lamun. Sumberdaya alam di desa ini juga menyimpan potensi satwa endemik berupa burung maleo dan penyu hijau – satwa-satwa yang dilindungi.
Berawal dari potensi alam yang keberadaannya dilestarikan ini pulalah, pada tahun 1994 sempat mengantarkan Bahuddin Hi Pabbite (Almarhum) – salah seorang putera desa Sausu Peore – mendapatkan Penghargaan Kalpataru. Kegigihan dalam melestarikan burung maleo dan habitatnya yang dilakukannya juga, sehingga pada tahun 1996, UNEP (United Nations Environment Programme) memberikan penghargaan serupa kepada beliau.
Desa Sausu Peore termasuk dalam wilayah Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah. Berkendaraan apa saja tidak akan sulit untuk sampai ke desa ini. Jalan yang beraspal melewati tanjakan berkelok yang tidak seberapa. Perjalanan dapat ditempuh kurang lebih selama tiga jam lamanya dari Kota Palu, atau kurang lebih satu jam dari Kota Parigi. Mencari desa ini pun tidak akan susah. Beberapa tanda sebagai penunjuk arah dipasang di persimpangan antara jalan poros trans Sulawesi dengan ujung jalan yang mau menuju ke desa ini. Tanda yang menonjol diantaranya beberapa papan nama yang berukuran cukup besar, dan Tugu Kalpataru yang menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Desa Sausu Peore.
Pantai merupakan salah satu wilayah yang memiliki keanekaragaman hayati cukup tinggi dengan tingkat endemismenya. Beberapa tipe ekosistem tersebut antara lain hutan mangrove dan ekosistemnya. Apabila tidak ada kepedulian dari masyarakat serta para pihak, ekosistem hutan mangrove akan mengalami ancaman berupa penebangan, fragmentasi dan konversi menjadi bentuk pemanfaatan lain. Penebangan/penggundulan hutan mangrove dapat mengganggu sumberdaya alam yang lain. Jika penggundulan hutan mangrove terjadi secara terus menerus, maka akan mengancam species flora dan fauna dan merusak sumber penghidupan masyarakat.
Semoga kita semua dapat mengambil peran dalam mengurangi laju kerusakan hutan mangrove beserta ekosistemnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar