Jumat, 12 Oktober 2012

Tempayan Purba Ditemukan di Lore Lindu


tempayan purba berhasil ditemukan tim peneliti Puslitbang Arkenas di Taman Nasional Lore Lindu tepatnya di Lembah Bada, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Hasil penemuan penelitian tahun 2010 ini diberi label Komplek Situs Tempayan Kolori dan Mungku Ilu.

Selain tempayan purba dari tanah liat yang diperkirakan sebagai tempayan kubur, penelitian bertajuk Megalitik Lembah Bada ini berhasil menemukan beberapa arca megalitik dan kalamba (stones vats) yang mempunyai kemiripan dengan arca-arca megalitik yang ada di Laos.

“Kalamba bentuknya memang seperti tempat air padahal dulunya digunakan untuk menempatkan tulang-belulang orang mati. Ukuran kalamba bermacam-macam. Satu kalamba ada yang berkapasitas untuk 1 sampai dengan 12 orang. Tutup kalamba ada yang berhias dengan motif hewan seperti monyet, binatang melata, dan juga muka manusia. Ada juga yang polos, tidak bermotif,” kata Dwi Yani Yuniwanti, ketua tim peneliti Megalitik di Lembah Bada dari Puslitbang Arkenas di Jakarta beberapa waktu lalu.

Puslitbang Arkenas baru kali ini mengadakan penelitian lagi di Lore Lindu khususnya di Lemba Bada. “Pertama kali meneliti tahun 1995 di Lemba Lore. Setelah itu tidak ada penelitian karena daerah tersebut ketika itu masih ada konflik Poso,” jelas Dwi.

Terkait tentang pemberian label pada sejumlah situs di Lore Lindu yang menuai kritikan, Dwi menjelaskan itu memang pernah terjadi dan kesalahan dalam pemberian label. “Ketika itu ukuran label terlalu besar di situsnya hingga dikritik terutama oleh fotografer bukan ahli arkeologi. Tapi kini label itu sudah terhapus. Ada juga yang diberi tapi dalam ukuran kecil. Tapi saya akui itu tetap kesalahan,” akunya.

Untuk penelitian kali ini, pengumpulan data arkeologisnya melalui survei dan ekskavasi di situs-situs terpilih di kawasan Lembah Bada yakni Situs Kolori dan Mungku Ilu.

Penelitian ini, lanjut Dwi diharapkan dapat memberikan sumbangan data mengenai karakter-karakter budaya penutur bahasa Austronesia-Protosejarah. Dan juga memberikan tambahan data terhadap peta dan jalur-jalur migrasi lanjutan (Austronesia-Protosejarah), dalam hubungannya dengan kebijakan pemerintah. ”Hasil penelitian ini akan menjadi masukan dalam upaya pelestarian lingkungan maupun pelestarian warisan budaya bangsa guna memberikan identitas jati diri bangsa,” ungkapnya.

Dari hasil penelitian ini Dwi berharap segera ada penanganan untuk pelestarian dan pengamanan Komplek Situs Tempayan Kolori dan Mungku Ilu. “Penelitian ini harus berkesinambungan dengan menentukan batas luasan situs, karakter situs, pertanggalan, dan untuk mengetahui hubungan dengan megalitik lainnya. Di samping untuk pengembangan museum situs (open site museum),” terangnya.

Lembah Bada, Besoa, dan Lembah Napu di TN Lore Lindu kaya akan peninggalan megalitik. “Ketiga lembah tersebut dulu pernah diusulkan menjadi salah satu world heritage ke UNESCO. Namun entah kenapa sekarang tidak diusulkan lagi,” kata Dwi dengan nada menyayangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar