Sabtu, 06 Juli 2013
POTENSI SUNGAI LARIANG
Letak Geografis
Wilayah Sungai (WS) Palu Lariang adalah salah satu WS lintas provinsi yang berada di Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Total luas WS Palu Lariang adalah 14,550 km², dan DAS Lariang yang menjadi lokasi studi dan pekerjaan kali ini merupakan salah satu DAS utama di WS Palu Lariang (A02 – 22). Dengan luas keseluruhan daerah pengaliran sungai sebesar 7.069 km² (atau sekitar 49 % dari luas total WS Palu-Lariang), menjadikan DAS Lariang daerah aliran sungai terbesar di dalam WS Palu-Lariang.
DAS Lariang yang terletak pada posisi geografis 1° 10’ LS – 2° 29’ LS dan 119° 16’ BT – 120° 31’ BT, berada di 3 provinsi, yaitu Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat. Hal tersebut menempatkan DAS Lariang sebagai DAS yang memiliki kompleksitas pengelolaan yang lebih besar dari DAS-DAS atau WS lainnya dalam WS Palu-Lariang, meskipun prosentase terbesar DAS Lariang berada di Provinsi Sulawesi Tengah. Bagian hulu DAS Lariang terletak di dua provinsi, yaitu bagian selatan DAS Lariang berada di Provinsi Sulawesi Selatan (Kecamatan Masamba), sedang bagian utara dan tengah berada di Kecamatan Lore Utara dan Lore Tengah. Bagian tengah DAS Lariang terletak di Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Pipikoro, sedangkan bagian hilir berada di Kecamatan Rio Pakawa dan Kecamatan Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat
II.
Potensi Sungai Lariang1. Potensi Air Permukaan
DAS Lariang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi, bahkan di beberapa lokasi, curah hujan dapat mencapai lebih dari 2500 mm per tahun. Hasil simulasi dengan menggunakan DSS-Ribasim tahun 2005 (PT. DDC dan PT. Wahana Adya Consultan) memperlihatkan bahwa ketersediaan aliran permukaan rerata Sungai Lariang hilir berkisar 232.6 m³/detik. Untuk S. Lariang hulu (segmen Paato – Watutau) debit rerata adalah 26.3 m³/detik, segmen Rompo – Doda adalah sebesar 79.1 m³/detik, segmen Gintu – Tuare adalah sebesar 85.4 m³/detik, segmen Lariang 6 ke hilir sebesar 160.4 m³/detik dan segmen Lariang 7 hulu adalah sebesar 169.1 m³/detik. Jadi terjadi peningkatan debit ke arah hilir sungai utama. Potensi air permukaan ini sangat besar jumlahnya dan dapat dipakai untuk berbagai macam keperluan, diantaranya adalah untuk penambahan areal irigasi, baik yang sudah ada maupun yang baru direncanakan (ekstensifikasi), untuk keperluan perkebunan dan ground water recharge scheme, sampai kepada pemanfaatan air; dengan memanfaatkan head yang tersedia, untuk keperluan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) skala menengah keatas. Selain itu, potensi air permukaan ini dapat pula dikembangkan untuk keperluan rekreasi dan olah raga air serta perikanan darat.
2. Potensi Air Tanah
potensi air tanah tidaklah merata tersebar di DAS Lariang. Mayoritas daerah yang ada mempunyai kondisi air tanah yang langka, hal mana berhubungan erat dengan kondisi topografi wilayah yang berbukit-bukit hingga bergunung. Akifer produktif tinggi dapat dijumpai di daerah hilir DAS, tepatnya di daerah Pasangkayu yang topografinya datar (0 – 2 %), sedangkan di Lembah Napu, sebagian akifer mempunyai kandungan air tanah dengan produksi sedang – tinggi yang pula berhubungan erat dengan kondisi topografi wilayah setempat. Potensi air tanah dapat dikembangkan untuk keperluan irigasi (jika air permukaan tidak mencukupi) dan untuk penyediaan air baku bagi keperluan penduduk dan industri/perdagangan.
3. Potensi lahan
Sebenarnya, sebagian besar DAS Lariang merupakan daerah berbukit dan pegunungan dengan kemiringan lebih besar dari 60 %, sehingga mayoritas lahan di DAS Lariang ini adalah berupa hutan asli yang dilindungi (hutan lindung) sebagai penyangga (buffer zone) dan daerah tangkapan air. Akan tetapi di sebagian kecil daerahnya sangat potensial untuk lebih dikembangkan melalui sistem pertanian, perkebunan dan agroforestry yang dapat menambah penghasilan masyarakat di sekitarnya dan juga bagi pemda setempat. Beberapa lokasi/wilayah yang dapat dikembangkan diantaranya adalah daerah Lembah Napu, mulai dari Desa Kaduaa hingga ke daerahTalabosa (pertanian dan perkebunan), Desa Watumaeta – Winowanga (perkebunan dan pertanian) hingga Watutau (perkebunan) serta Danau Wanga untuk keperluan perikanan darat dan rekreasi.
4. Potensi PLTA
Seperti telah disebutkan sebelumnya, Sungai Lariang sangat berpotensi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan airnya bagi keperluan PLTA. Dari hasil studi peta topografi dan Citra Satelit (Landsat 7 ETH +) serta kondisi geologi kawasan, terdapat sedikitnya empat (4) lokasi yang potensial untuk dikembangkan. Dua lokasi di Kecamatan Lore Selatan dan dua lokasi terdapat di Kecamatan Pipikoro dan/ atau di Kecamatan Kulawi bagian barat.
Ke-empat lokasi tersebut tidak dilalui sesar aktif Palu-Koro, sehingga dari pertimbangan geotektonik, lokasi terpilih relatif aman untuk pembangunan bangunan bagi keperluan pembangkitan listrik tenaga air seperti bendungan, pelimpah, pipa pembawa dan pipa pesat, generator dan turbin, jaringan distribusi dan tail-race.
Dengan pembangunan PLTA yang merupakan sumber energi terbarukan (renewable energy) setidaknya dapat menjawab persoalan kelistrikan di Sulawesi Tengah umumnya dan Kota Palu khususnya yang akhir-akhir ini tidak dapat memenuhi pasokan daya bagi seluruh pelanggan dengan mesin pembangkit yang ada.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar